Lecturer Weblog | Universitas Negeri Padang

 Sabtu, 03-Mei-2025

Blog Post Section -->

Teknik Bertanya Efektif (Berikan Kesempatan Kedua)


Sabtu, 3 Mei 2025 | 10:45 WIB

Bertanya adalah salah satu aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran baik oleh guru maupun siswa. Bagi guru, tujuan bertanya atau mengajukan pertanyaan kepada siswa diantaranya adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Namun, tidak jarang guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk menarik dan mengumpulkan perhatian, menggairahkan pembelajaran bahkan ada juga guru yang mengajukan pertanyaan untuk menyadarkan siswa yang terlihat mengantuk, "menegur" siswa yang sedang berbicara saat guru menjelaskan sesuatu atau bisa juga pertanyaan bertujuan sebagai "hukuman". Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama bertanya adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Dengan mengajukan pertanyaan, guru mendorong siswa untuk berfikir. Jika proses itu terjadi maka belajar telah memanusiakan manusia karena berfikir adalah tanda keberadaan manusia (Descrates).

Dalam praktiknya, siswa sering tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kadang, siswa tidak mampu memberikan jawaban sesuai harapan guru. Lalu, apa yang harus dilakukan guru?. Berikut sebuah pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah Islam pada saat terjadi perang Badar. Ketika itu, dua orang laki-laki ditangkap pasukan Muslim, satu orang Quraisy dan satu orang budak milik Aqabah bin Abi Mu'ith. Satu diantaranya dapat meloloskan diri, tinggallah budak tadi. Lalu, sahabat bertanya kepadanya, "berapa banyak pasukan quraisy?". Budak tersebut menjawab, "pasukan quraisy sangat banyak dan kuat". Tentu jawaban tersebut kurang memuaskan sahabat karena tidak memberi informasi yang akurat tentang jumlah pasukan quraisy yang akan dihadapi oleh pasukan Muslim. Melihat kondisi ini, lalu Rasulullah mengajukan pertanyaan, "berapa ekor mereka memotong onta setiap hari?. Budak itu menjawab, "sepuluh ekor dalam sehari". Lalu Rasululloh berkata, "berarti jumlah pasukan quraisy sekitar seribu orang karena satu ekor onta bisa dimakan oleh seratus orang.

Kondisi seperti dalam peristiwa di atas barangkali pernah kita alami. Saat guru bertanya, siswa belum bisa memberikan jawaban yang optimal.  Apa yang harus dilakukan?. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan teknik bertanya efektif.

  1. Bertanyalah dengan kalimat yang ringkas dan jelas.
  2. Gunakan kata tanya yang tepat sesuai dengan tingkat jawaban yang diinginkan. Kata tanya  dimanakah, siapakah dan kapankah sesuai untuk jawaban kategori rendah atau Lower Order Thinking Skill/LOTS. Pertanyaan dengan menggunakan kata apakah, kenapakah dan bagaimanakah sesuai untuk melihat pemahaman siswa pada tingkat menengah dan tinggi/MOTS dan HOTS.
  3. Jika siswa sulit memahami pertanyaan maka guru bisa memberikan bimbingan/probing atau pengarahan ulang/redirecting.
  4. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berfikir. Hal ini sangat penting diperhatikan guru karena setiap anak mempunyai cara dan kebiasaan berfikir yang berbeda. Ada siswa yang cepat berfikir cepat pula menyampaikan idenya dan ada pula yang sebaliknya.
  5. Berikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki jawabannya. Teknik ini memang akan menyita waktu tapi sangat bermanfaat bagi siswa dan juga bagi guru. Tidak semua hal bisa kita ingat dalam satu waktu. Dengan memberi kesempatan untuk memperbaiki jawaban itu sama dengan memberi ruang kepada siswa untuk memperbaiki diri. Inilah sebenarnya proses belajar yang diharapkan.
  6. Hindari kesan menekan, memojokkan, merendahkan/meremehkan saat menyampaikan pertanyaan.

Terkait dengan kisah dalam perang Badar yang telah kita kupas sebelumnya, hal tersebut memberikan pelajaran berharga kepada guru bahwa untuk mendapatkan jawaban terbaik dari siswa maka kita bisa menggunakan cara dan pilihan kata yang berbeda. Jika hal itu kita lakukan maka guru akan mendapatkan manfaat ganda. Dari sisi guru, tujuan dapat tercapai. Pasukan Muslim bisa mengetahui kekuatan musuh. Sedangkan bagi siswa, dia mampu menjawab dengan baik sesuai harapan gurunya. Walaupun jawaban pertamanya kurang memuaskan, namun karena diberi kesempatan kedua atau cara kedua, siswa mampu menjawab dan jawabannya sesuai dengan harapan.

Sebagai penutup tulisan kali ini, penulis kutip perkataan Hamka (2015:26), "Orang belajar untuk menambah ilmu dan memperhalus timbangan akal".

Rujukan:

Hamka. 2015. Falsafah Hidup (Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al Quran dan As Sunnah). Jakarta. Republika